Rabu, 07 Oktober 2015 - 09:37:04 WIB
Dra. Noorshanti Sumarah, M.I.Kom dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UNTAG
Surabaya aktif menjadi fasilitator lingkungan dan mengikuti Pahlawan Ekonomi melalui
�Shan-tiq Recycled Handicraft� sejak tahun 2011 untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat.
Perempuan yang menjadi dosen sejak tahun 1985 itu menggeluti dunia lingkungan hidup dimulai
tahun 2006 dan mendapat penghargaan dari Wali Kota Surabaya sebagai Pahlawan Lingkungan yang
digelar pada 2 Agustus 2015 kemarin. �Event lomba kebersihan yang dilakukan oleh pemerintah
Kota Surabaya ini bertujuan untuk meminimalisir sampah, mencegah banjir, dan tentunya agar
lingkungan menjadi bersih,� kata Dosen Ilmu komunikasi itu.
Banyak kegiatan yang Shanti lakukan untuk melestarikan lingkungan, salah satunya kegiatan
Pemberdayaan Masyarakat berbasis lingkungan sehingga masyarakat mempunyai tambahan
penghasilan dari kerajinan yang dibuat dan terjual. �Kegiatan ini berfokus pada pembuatan
kerajinan berbahan daur ulang sampah yang saya beri nama �Shan-tiq Recycled Handicraft�,�
ucap Shanti.
Melalui �Shan-tiq Recycled Handicraft�, Shanti berharap, mampu meningkatkan pendapatan
masyarakat dan akan selalu melakukan pembenahan yang lebih baik. Salah satunya rutin
mengikuti Pahlawan Ekonomi sejak tahun 2011. �Saya ingin masyarakat itu memahami bagaimana
cara mengelola lingkungan dengan baik dan benar,� pungkasnya.
Sumber Berita:
http://warta17agustus.com/berita-meningkatkan-kesejahteraan-masyarakat-melalui-daur-ulang-sampah-.html#ixzz5CjNiOgfn
Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial No Derivatives
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya atau yang lebih dikenal dengan nama UNTAG
Surabaya adalah salah satu perguruan tinggi swasta terbaik di kota Surabaya. Badan
penyelengara pendidikan 17 Agustus 1945 atau TAG ini adalah Yayasan Perguruan 17 agustus
1945 Surabaya yang disingkat YPTA. YPTA didirikan pada tanggal 17 Agustus 1954 yang
didirikan oleh beberapa orang yang berpandangan nasionalis yang menyadari kondisi masyarakat
dan bangsa Indonesia yang baru terlepas dari penjajahan. Pada tanggal 10 november 1958, YPTA
membuka akademi administrasi Negara dan Niaga (AANN) dengan jumlah mahasiswa pada tahun
pertama sebanyak 80 orang.
Pada jenjang Strata 1 (Sarjana) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik terdapat
Administrasi Publik, Administrasi Bisnis dan Ilmu Komunikasi; Fakultas Ekonomi terdapat
prodi Manajemen, Akuntansi dan Ekonomi Pembangunan; Fakultas Hukum terdapat prodi Ilmu
Hukum; Fakultas Teknik terdapat prodi Teknik Industri, Teknik Mesin, Teknik Sipil, Teknik
Arsitektur, Teknik Elektro dan Teknik Informatika; Fakultas Psikologi terdapat prodi
Psikologi serta Fakultas Sastra terdapat prodi Sastra Inggris dan Sastra Jepang. Jenjang
Strata 1 (Sarjana) Kelas Internasional yakni prodi Ekonomi dan Teknik Industri, Sipil, dan
Informatika.
Pada jenjang Strata 2 (Pascasarjana) terdapat Magister Administrasi, Magister
Manajemen, Magister Hukum, Magister Teknik Sipil, Magister Psikologi dan Program Profesi
Psikolog. Pada jenjang Strata 3 (Doktoral) terdapat Doktor Ilmu Administrasi, Doktor Ilmu
Ekonomi dan Doktor Ilmu Hukum.
Dengan segudang prestasi baik oleh Mahasiswa dan civitas akademika menjadikan
UNTAG Surabaya sebagai Perguruan Tinggi unggulan. Di tahun 2018 UNTAG Surabaya menduduki
posisi ke-6 untuk predikat Perguruan Tinggi terbaik di LLDIKTI Wilayah VII Jawa Timur. Pada
tahun 2018, UNTAG Surabaya menduduki posisi ke-81 untuk Perguruan Tinggi terbaik di
Indonesia setelah tahun lalu hanya sampai di posisi 100 besar.
UNTAG Surabaya memiliki fasilitas yang sangat memadai, seperti Ruang kelas yang
tersebar di seluruh gedung dengan ruangan yang nyaman serta dilengkapi dengan AC, proyektor
dan hotspot 24 jam. Lahan parkir yang luas dan gratis bagi para warga UNTAG Surabaya. UNTAG
juga memiliki Masjid, Masjid Baitul Fikri ini berlantai dua dengan kapasitas 1000
jamaah.
Selain dikenal sebagai Kampus Merah Putih, UNTAG Surabaya juga merupakan Kampus
Adiwiyata. Karena UNTAG Surabaya termasuk ke dalam Green Campus. Hal ini terbukti dengan
lingkungan hijau di dalam lingkungan UNTAG Surabaya dan setiap PKKMB para mahasiswa baru
diwajibkan untuk menyerahkan bibit tanaman. UNTAG Surabaya dinobatkan sebagai Juara 1 Eco
Campus Surabaya 2018.
UNTAG Surabaya telah meluluskan 34.193 sarjana yang tersebar di seluruh
Indonesia dan menduduki jabatan strategis pada instansi pemerintah, BUMN dan Swasta. Tidak
sedikit pula lulusan UNTAG Surabaya yang menjadi rektor di Perguruan Tinggi lain.
Terdapat puluhan Organisasi Kemahasiswaan (Orkem) di UNTAG Surabaya baik dalam
skala Universitas, Fakultas dan Program Studi. Di skala Universitas terdapat BEM (Badan
Eksekutif Mahasiswa). Di skala Fakultas terdapat BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) dan DPM
(Dewan Perwakilan Mahasiswa). Sedangkan di skala Program Studi terdapat Himaprodi (Himpunan
Mahasiswa Program Studi) dan Divisi. Para mahasiswa dapat menyalurkan bakat dengan
memperdayakan UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) yang dilengkapi dan fasilitas yang memadai.
Sekretariat seluruh UKM yang bertempat di Alim Markus Student and Enterpreneurship Center.
UKM terbagi dalam bidang seni (UKM Musik, UKM Paduan Suara, UKM Tari, UKM Fotografi dan UKM
Sinematografi), olahraga (UKM Sepak Bola, UKM Bola Basket dan UKM Bola Voli), kerohanian
(UKM Kerohanian Islam, UKM Kerohanian Kristen dan Katolik dan UKM Kerohanian Hindu),
penalaran (UKM Fordimapelar), tematik (UKM ELCC dan UKM Koperasi Mahasiswa), bela diri (UKM
Wusyu, UKM Kempo, UKM Merpati Putih, UKM Jujitsu, UKM 3 Serangkai, dll.) dan pecinta alam
(UKM Pataga). Seluruh UKM tersebut telah memiliki prestasi nasional hingga
internasional.
Dengan motto �An Empowering and Networking University� UNTAG Surabaya telah
menjalin kerjasama dengan institusi baik di dalam maupun di luar negeri. Beberapa bentuk
kerjasama UNTAG Surabaya adalah dengan melakukan Student Exchange misalnya dengan Khon Khaen
University, Thailand dan Dong Ui University, Korea Selatan. UNTAG Surabaya mengirimkan
mahasiswa terbaiknya ke Khon Khaen University, Thailand dan Dong Ui University, Korea
Selatan untuk Internship Program begitu pun dengan Khon Khaen University, Thailand yang
mengirimkan mahasiswanya. Sedangkan Dong Ui University, Korea Selatan mengirimkan tenaga
pengajarnya untuk menjadi pengajar kursus bahasa Korea di Korean Language Community Center
di bawah naungan Fakultas Sastra.
Kabar membanggakan datang dari Tim Eco Campus Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Surabaya. UNTAG Surabaya menjadi juara dalam kompetisi Eco Campus 2018 yang diselenggarakan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya. Ketua Eco Campus UNTAG Surabaya - Ir. Bantot Sutriono, M.Sc. bersama Dra. Noorshanti Sumarah, M.I.Kom.; dan Abraham Ferry Rosando, SH., MH., mewakili UNTAG Surabaya untuk menerima Piala Kemenangan di Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya. Prestasi ini sangat membanggakan mengingat di tahun 2016 UNTAG Surabaya menduduki posisi yang ke 2, mengingat UNTAG Surabaya adalah satu-satunya peserta yang melibatkan dan mengkompetisikan lingkungan Universitas secara penuh serta tidak hanya satu fakultas saja. Jumat, (28/4). Salah satu misi UNTAG Surabaya adalah menciptakan kampus yang bersih dan asri dengan kebiasaan yang berbasis lingkungan tersebut memiliki program Eco Campus untuk merealisasikan kampus hijau. Program Eco Campus dapat menjadikan lingkungan kampus tidak hanya sebagai tempat yang nyaman, teduh, asri dalam kegiatan belajar mengajar, melainkan juga sebagai bentuk pengabdian kampus terhadap lingkungan. Berkaitan dengan misi tersebut, UNTAG Surabaya memiliki berbagai program pendukung Eco Campus seperti sumur resapan atau biopori dan berinovasi di bidang konservasi air (mengolah kembali air limbah buandan wudhu dengan filter yang menghasilkan air bersih) serta turut aktif dalam pelestarian dan kebersihan lingkungan dengan Organic Waste Temporary Dump. UNTAG Surabaya akan memiliki Zona Hijau Solar Cell yang masih dalam proses pengembangan sebagai sumber energi terbarukan 900 meter persegi yang akan berada di rooftop Gedung Fakultas Teknik. iUNTAG Surabaya sebagai Kampus Adiwiyata memiliki 181 koleksi flora Indonesia dengan sejumlah Ruang Terbuka Hijau, yaitu: Taman Persahabatan, Taman Beringin, Selasar Harmoni, dan sejumlah Vertical Garden. Di antara flora yang tampak di Ruang Hijau Terbuka UNTAG Surabaya adalah Pohon Beringin di depan gedung Fakultas Psikologi yang diperkirakan berusia puluhan tahun. Biodiversity unik lainnya adalah pohon pisang kipas atau biasa disebut Traveler�s palm. Selain itu juga terdapat Pohon Kelapa (Cocos nucifera), Tanaman Kimpul/Talas/Lompong (Colocasia esculenta), Melati Jepang (Pseuderanthemum Reticulatum), Palem Putri (Veitchi merillia), Tanaman Brokoli Kuning (Osmoxylon sp.), Kaca Piring (Gardenia jasminoides), dan Pucuk Merah (Syzygium oleana). (Um)
Alat pengarangan sampah organik karya inovatif Ahmad
Candra Kharisma dan Taufik Imanudin mahasiswa Teknik Elektro Fakultas Teknik (FT) UNTAG
Surabaya. Alat ini digunakan untuk pembuatan briket arang sampah organik yang ramah
lingkungan dan proses pengarangan tidak membutuhkan waktu lama.
Kepada warta17agustus.com, Ahmad menjelaskan, ide membuat alat pengarangan sampah organik
tersebut didapatkan ketika melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Pakel Kecamatan
Bareng Kabupaten Jombang pada bulan Agustus 2015.
�Salah satu program KKN kemarin itu adalah pembuatan briket arang sampah organik guna
pengolahan sampah organik agar bisa dimanfaatkan lagi sekaligus sebagai produk unggulan UKM
Desa Pakel,� papar Ahmad, Jum�at (26/1/2016).
Briket arang sampah organik, lanjut dia, merupakan bahan bakar alternatif yang bahan bakunya
mudah dan bisa dijadikan produk unggulan UKM. Dalam membuat briket arang sampah organik
memerlukan beberapa tahap, mulai dari pengarangan, penumbukan, pencampuran, pencetakan, dan
pengeringan.
�Pada proses pengarangan sampah organik secara tradisional membutuhkan waktu 9 jam dalam
satu drum sampah, maka dari itu dibutuhkan alat pengarangan sampah organik yang lebih modern
untuk mempercepat proses pengarangan,� jelas Ahmad, mahasiswa yang berdomilisi di Jl.
Brawijaya No. 174 Mojokerto.
Sementara itu, alat pengarangan sampah organik yang dibuat dua mahasiswa Teknik Elektro ini
mempunyai dua rangkaian penting yaitu rangkaian pemanas induksi dan rangkaian pengaturan
kecepatan motor. Pada rangkaian pemanas induksi diletakan pada bawah pipa pengarangan karena
pada posisi tersebut dapat memudahkan penempatan lilitan induksi pada pipa pengarangan
Pada kesempatan yang sama Taufik Imanudin mengatakan, alat pengarangan sampah organik ini
ada beberapa komponen yaitu pemanas induksi, motor dc, dan motor ac yang masing-masing
memerlukan daya yang besarnya berbeda-beda dan bila dirangkai menjadi kesatuan maka daya
dari alat ini adalah 326,5 watt.
�Waktu yang dibutuhkan dari mulai memasukan sampah organik ke alat pengarangan sampah
organik hingga keluar menjadi arang yaitu 16 menit. Alat pengarangan sampah organik ini
dapat menghasilkan serpihan arang daun sebanyak 270 gram per 30 menit,� ungkap Taufik.
Taufik berharap alat yang mereka buat dapat mempercepat proses pengarangan sampah organik.
Dengan pengontrolan suhu yang tepat pada proses pengarangan sampah organik maka didapatkan
efisiensi. �Alat ini juga ramah lingkungan dan dapat mengurangi masalah sampah yang setiap
harinya semakin menumpuk,� tutupnya. (k_nan)
Alat pengarangan sampah organik karya inovatif Ahmad
Candra Kharisma dan Taufik Imanudin mahasiswa Teknik Elektro Fakultas Teknik (FT) UNTAG
Surabaya. Alat ini digunakan untuk pembuatan briket arang sampah organik yang ramah
lingkungan dan proses pengarangan tidak membutuhkan waktu lama.
Kepada warta17agustus.com, Ahmad menjelaskan, ide membuat alat pengarangan sampah organik
tersebut didapatkan ketika melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Pakel Kecamatan
Bareng Kabupaten Jombang pada bulan Agustus 2015.
�Salah satu program KKN kemarin itu adalah pembuatan briket arang sampah organik guna
pengolahan sampah organik agar bisa dimanfaatkan lagi sekaligus sebagai produk unggulan UKM
Desa Pakel,� papar Ahmad, Jum�at (26/1/2016).
Briket arang sampah organik, lanjut dia, merupakan bahan bakar alternatif yang bahan bakunya
mudah dan bisa dijadikan produk unggulan UKM. Dalam membuat briket arang sampah organik
memerlukan beberapa tahap, mulai dari pengarangan, penumbukan, pencampuran, pencetakan, dan
pengeringan.
�Pada proses pengarangan sampah organik secara tradisional membutuhkan waktu 9 jam dalam
satu drum sampah, maka dari itu dibutuhkan alat pengarangan sampah organik yang lebih modern
untuk mempercepat proses pengarangan,� jelas Ahmad, mahasiswa yang berdomilisi di Jl.
Brawijaya No. 174 Mojokerto.
Sementara itu, alat pengarangan sampah organik yang dibuat dua mahasiswa Teknik Elektro ini
mempunyai dua rangkaian penting yaitu rangkaian pemanas induksi dan rangkaian pengaturan
kecepatan motor. Pada rangkaian pemanas induksi diletakan pada bawah pipa pengarangan karena
pada posisi tersebut dapat memudahkan penempatan lilitan induksi pada pipa pengarangan
Pada kesempatan yang sama Taufik Imanudin mengatakan, alat pengarangan sampah organik ini
ada beberapa komponen yaitu pemanas induksi, motor dc, dan motor ac yang masing-masing
memerlukan daya yang besarnya berbeda-beda dan bila dirangkai menjadi kesatuan maka daya
dari alat ini adalah 326,5 watt.
�Waktu yang dibutuhkan dari mulai memasukan sampah organik ke alat pengarangan sampah
organik hingga keluar menjadi arang yaitu 16 menit. Alat pengarangan sampah organik ini
dapat menghasilkan serpihan arang daun sebanyak 270 gram per 30 menit,� ungkap Taufik.
Taufik berharap alat yang mereka buat dapat mempercepat proses pengarangan sampah organik.
Dengan pengontrolan suhu yang tepat pada proses pengarangan sampah organik maka didapatkan
efisiensi. �Alat ini juga ramah lingkungan dan dapat mengurangi masalah sampah yang setiap
harinya semakin menumpuk,� tutupnya. (k_nan)
Anggrek adalah salah satu tanaman hias yang tumbuh
dengan suku-sukuan, dalam bahasa latin anggrek di sebut Orchidaceae. merupakan satu suku
tumbuhan berbunga dengan anggota jenis terbanyak. Jenis-jenisnya tersebar luas dari daerah
tropika basah hingga wilayah sirkumpolar, meskipun sebagian besar anggotanya ditemukan di
daerah tropika. Kebanyakan anggota suku ini hidup sebagai epifit, terutama yang berasal dari
daerah tropika.
Di Indonesia setidaknya terdapat kurang lebih 35 jenis Anggrek, Universitas 17 Agustus 1945
Surabaya sebagai kampus Adiwiyata memiliki sebanyak 20 tanaman dari 5 jenis Anggrek. Dari 5
jenis anggrek tersebut terdapat sebagian besar anggrek bulan dengan berbagai warna, seperti
warna putih, ungu, kuning, merah muda dan campuran.
Anggrek di daerah beriklim sedang biasanya hidup di tanah dan membentuk umbi sebagai cara
beradaptasi terhadap musim dingin. Organ-organnya yang cenderung tebal dan "berdaging"
(sukulen) membuatnya tahan menghadapi tekanan ketersediaan air. Anggrek epifit dapat hidup
dari embun dan udara lembap. Orchidaceae adalah sumber inspirasi dari nama kereta api Argo
Anggrek, kereta api eksekutif yang melayani Surabaya Pasar Turi-Gambir.
Untag Surabaya memiliki Anggrek yang menyebar di sekeliling Kampus, salah satunya Anggrek di
tanami di pohon mangga di daerah lapangan parkir Mobil Untag Surabaya, Graha Wiyata. Selain
itu, tanaman Anggrek juga terdapat di sepanjang jalan menuju gedung Pascasarjana Untag
Surabaya. Di taman depan di setiap Fakultas juga terdapat tanaman Anggrek. Dengan adanya
tanaman Anggrek juga melengkapi banyaknya jenis Tanaman Hias yang ada di kampus Adiwiyata
Untag Surabaya. Keberadaan tanaman � tanaman ini sangat mendukung penghijauan dan estetika
keindahan yang ada di Untag Surabaya.
Beringin yang juga dikenal dengan istilah tanaman Ficus
Benjamina merupakan tanaman berkayu dan berukuran besar. Ficus adalah tanaman yang memiliki
jenis dan jumlah yang sangat banyak. Menurut hasil penelitian, pohon ini terdiri dari lebih
850 macam yang tumbuh di berbagai tempat diseluruh penjuru dunia dan dimasukkan dalam
familia Moraceae. Kawasan yang paling banyak memiliki koleksi pohon Ficus yaitu Asia Barat
Daya dan Timur Tengah. Sejak ribuan tahun lalu tumbuhan ini sudah sering dibudidayakan
masyarakat untuk berbagai macam tujuan.
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya sendiri memiliki satu jenis beringin yang berukuran
cukup besar di Taman Psikologi. Beringin yang ada selain berguna sebagai tanaman hias, juga
sebagai peneduh mahasiswa yang tengah berdiskusi maupun mengerjakan tugas kuliah. Selain
beringin besar yang ada di Taman Psikologi, pohon yang sering disebut sebagai Benjamin�s
Tree ini juga tersebar di beberapa sudut kampus seperti didepan gedung LPPM walaupun masih
berukuran kecil.
.
Teknik konservasi tanah dan air saat ini sangat
diperlukan mengingat sering terjadinya bencana banjir. Salah satu teknik yang dapat
digunakan adalah pembuatan sumur resapan. Sumur resapan ini sangat baik dalam mengurangi
besarnya aliran permukaan sehingga menurunkan peluang terjadinya banjir maupun kekeringan.
Sumur resapan sendiri merupakan salah satu rekayasa teknik konservasi air berupa bangunan
yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk sumur gali dengan kedalaman tertentu.
Sumur resapan berfungsi sebagai tempat menampung air hujan yang jatuh diatas atap rumah atau
daerah kedap air dan meresapkannya ke dalam tanah.
Oleh karenanya, komunitas Hijau 17 membuat 35 resapan biopori atau sumur serapan yang
tersebar dibeberapa titik kampus Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. Hijau 17 sendiri
merupakan komunitas yang diprakarsai UNTAG Surabaya dengan tujuan menciptakan sikap, gaya
hidup dan infrastruktur guna mendapat lingkungan bersih, asri dan nyaman.
.
Surabaya (ANTARA News) - Mahasiswa Universitas 17
Agustus 1945 (Untag) Surabaya membuat briket dari bahan sampah untuk memanfaatkan
sampah-sampah, terutama sampah dedaunan, sehingga dapat menekan polusi udara akibat
pembakaran sampah daun.
"Ide awalnya dari Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Pakel, Kecamatan Bareng, Kabupaten
Jombang, pertengahan bulan lalu, kami melihat sampah dari dedaunan berserakan di mana-mana
karena daerah itu berada di pegunungan yang dipenuhi pohon-pohon rindang," kata koordinator
Kelompok KKN Untag, Mochamad Arifin (22), di Surabaya, Selasa.
Ia mengatakan dari ide memanfaatkan sampah-sampah menjadi barang yang lebih berguna itu
sebelumnya dipilih beberapa opsi, seperti kompos, kerajinan, atau barang hiasan, namun pada
akhirnya kesepakatan bersama jatuh pada briket.
"Sebagian besar penduduk desa sekitar 70 persen masih memasak menggunakan tungku dan kayu
sebagai alat memasak, sehingga kami mencoba memberikan solusi kepada mereka untuk membantu
mengurangi limbah sampah dengan cara dibakar," ujarnya.
Dalam percobaan selama sepekan, ia menambahkan sekitar satu tong sampah yang mereka
kumpulkan berhasil diubah menjadi beberapa kilogram briket yang terlihat fisiknya, briket
sampah jauh berbeda dengan briket batu bara karena memiliki warna yang cenderung lebih pekat
dan memiliki aroma yang lebih menyengat.
"Dibanding briket batu bara, briket ini terlihat lebih mirip arang, namun briket ini lebih
awet karena rongga di dalamnya lebih padat, serta selisih saat dibakar dua kali lipat lebih
lama ketimbang arang karena ketika dibakar pun terdapat asap yang keluar dari briket
sampah," jelasnya.
Menurut dia, kecenderungan selisih perbedaan briket batu bara dan briket dari limbah sampah
ini menjadi berbeda karena briket dari limpah sampah relatif bersih dari polusi, sedangkan
pembakaran briket batu bara tidak menyisakan abu, sementara briket sampah masih menyisakan
abu.
"Harapan kami agar hasil eksperimen yang diajarkan kepada sebagian warga, bisa bermanfaat
dan sudah dipasarkan di salah satu pasar di wilayah setempat, bahkan Kepala Desa sudah
menyewa stand untuk memasarkan briket sampah yang biasa digunakan untuk membakar sate,
daging, dan sejenisnya," tandasnya.
Kreasi kumpulan mahasiswa Jurusan Matematika, Psikologi, Sastra Inggris, Teknik Sipil,
Teknik Mesin, dan Teknik Elektro itu juga dinilai lebih ramah lingkungan.
Pewarta: Oleh Indra Setiawan/Laily Widya Ari Shandi
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT � ANTARA 2015
https://www.antaranews.com/berita/516941/mahasiswa-untag-kenalkan-briket-berbahan-sampah-organik
suarasurabaya.net - Rapat Terbuka Senat Universitas 17
Agsutus (Untag) Surabaya dijadwalkan digelar Sabtu (3/3/2018) dengan satu diantaranya
mengukuhkan 790 Wisudawan.
Wisudawan yang terdiri dari 661 Wisudawan untuk program Sarjana (S-1), 110 Wisudawan program
Magister (S2), dan 19 Wisudawan untuk program Doktor (S-3) itu dijadwalkan langsung dilantik
Rektor Untag Surabaya di lapangan parkir timur Kampus Merah Putih.
Menggunakan pendekatan tematik Wisuda 2018 Gasal Untag Surabaya dipilih tema yang berbeda
dibandingkan dengan tema tahun sebelumnya. Wisuda 2018 kali ini bertema: Eco-Graduation.
Tema tersebut dipilih dengan pertimbangan bahwa kampus Untag Surabaya telah menerima
predikat sebagai Green Campus yang sekaligus juga merupakan kampus Adiwiyata.
Wisuda Sabtu (3/3/2018) direncanakan dipimpin langsung oleh Dr. Mulyanto Nugroho, MM, CMA,
CPAI, rektor baru Untag Surabaya., dengan menghadirkan Dr. Drs. M. Idrus Marham, MSc,
Menteri Sosial bersama dengan Laode Muhammad Syarif S.H., LL.M., Ph.D, Wakil Ketua KPK,.
Kemegahan bukan berarti meninggalkan nilai-nilai budaya bangsa. Inilah yang selalu
dipertahankan oleh Untag Surabaya. Hal itu diwujudkan dalam wujud alunan gamelan dalam
mengiringi langkah para wisudawan memasuki lokasi prosesi maupun ketika proses pengukuhan
berlangsung.
Wisuda kali ini memberikan penghargaan untuk lulusan terbaik masing-masing fakultas
diantaranya, Millenia Prihatini (FISIP), Henny Septiani (Fakultas Ekonomi), Ifada Qurrata
Ayun Amalia (Fakultas Hukum), Dewanti Anggun Pradita (Fakultas Teknik), Ika Nur Khabiba
(Fakultas Psikologi), Okta Pratiwi Wijayanto Sujarwo (Fakultas Sastra), Seto Michiko
(Magister Administrasi), Benny Effendy (Magister Manajemen), Sukmawati Arisa Gustina
(Magister Hukum), Seger (Magister Teknik Sipil), Sugeng Sriyanto (Magister Psikologi), Bawin
Sri Lestari (Magister Psikologi Profesi), Wiwik Suryandartiwi Anggarawati (Doktor Ilmu
Administrasi), Navi Muda Priyatna (Doktor Ilmu Ekonomi), dan Cokorde Istri Dian Laksmi Dewi
(Doktor Ilmu Hukum).
Untag Surabaya memiliki enam program studi yang telah terakreditasi A dari BAN-PT. Keenam
program studi tersebut adalah Administrasi Negara, Administrasi Niaga, Ilmu Komunikasi,
Ekonomi Pembangunan, Ilmu Hukum, dan Teknik Mesin.(tok/ipg
UNTAG Surabaya bersama EQWIP HUBs-Canada World Youth
selenggarakan Workshop Eco Campus dengan tajuk "Memilah Sampah, Wujud Cinta Lingkungan��.
Acara yang bertempat di Meeting Room1 tersebut, menghadirkan pemateriDinas Kebersihan Pemkot
Surabaya Ir. Chalid Buchar dan dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UNTAG
Surabaya Dra. Noorshanti Sumarah M.I.Kom, Senin (9/42018).
Ketua Pelaksana Eco Campus UNTAG Surabaya Ir. Bantot Sutriono, M.Sc, mengatakan bahwa
Workshop Eco Campus merupakan bentuk sosialisasi dari gerakan Eco Campus itu
sendiri.
"Gerakan ini tidak akan berhasil tanpa kerja sama semua pihak. Maka kami di sini
mensosialisasikan gerakan ini pada seluruh civitas akademika serta pengguna kantin di
lingkungan UNTAG Surabaya,�� ucapnya.
Lebih lanjut, dosen Teknik Sipil itu mengajak seluruh keluarga besar UNTAG Surabaya untuk
mendukung pembentukan masyarakat kampus yang mencintai lingkungan.
"Mari sama-sama kita mulai cintai lingkungan dari hal-hal kecil, karena perubahan besar
berawal dari perubahan kecil. Harapan kami dalam jangka kurang lebih 3 tahun UNTAG Surabaya
bisa menjadi kampus yang betul-betul mencintai lingkungan,�� ajaknya.
Sementara itu, Perwakilan EQWIP HUBs Indonesia Tomi Hananto Ariwibowo mengucapkan terima
kasih kepada UNTAG Surabaya, karena kerja sama antara kedua pihak berjalan dengan baik
hingga saat ini.
"Saya senang dan berterima kasih bisa sama-sama berkumpul untuk mengikuti acara yang luar
biasa ini. Saya disini mewakili EQWIP HUBs Indonesia sangat mendukung adanya gerakan cinta
lingkungan di UNTAG Surabaya,�� ucapnya.
Tomi menambahkan, salah satu cara EQWIP HUBs Indonesia mendukung gerakan cinta lingkungan,
yaitu dengan menerjunkan beberapa anggota EQWIP HUBs Canada untukmembantu Eco Campus di
UNTAG Surabaya
"Kami siap memberikan bantuan khusus untuk mengurus kegiatan ini. Semoga kegiatan ini
menjadi bagian dari gerakan perubahan untuk menjadi yang lebih baik,�� pungkasnya.
Sumber Berita:
http://warta17agustus.com/berita-gerakan-cinta-lingkungan-untag-surabaya-mendapat-dukungan-dari-eqwip-hubscanada.html#ixzz5Cd4Ewr66
Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial No Derivatives
.
Susi Fatimah, Jurnalis � Rabu 20 September 2017 19:17 WIB
JAKARTA - Ditangan seorang mahasiswa, fungsi kompor yang semula hanya untuk memasak berubah
sebagai alat pembangkit listrik. Ya, dialah Didit Triwidodok, mahasiswa Teknik Elektro,
Universitas 12 Agustus 1945 yang memiliki ide inovasi tersebut.
Ia berhasil menciptakan kompor yang dilengkapi dengan baterai sebagai media penyimpanan
energi listrik yang dihasilkan setiap kompor tersebut digunakan untuk memasak.
�Energi listrik yang disimpan ini bisa digunakan saat listrik padam. Kompor ini memiliki
thermo electric, yakni sebuah media penghasil listrik yang dapat menghasilkan suhu dingin
jika kedua terminal atau kabelnya dihubungkan dengan sumber tegangan DC,� ujar Didit seperti
dilansir dari laman Untag, Rabu (20/9/2017).
Didit menjelaskan, thermo elektrik biasanya dipakai pada kulkas portable, dispenser mini dan
pendingin CPU. Electric Stove hanya menggunakan thermo elektrik sebagai generator, dengan
cara memberikan temperatur atau suhu panas pada salah satu sisi sedangkan pada sisi yang
lain akan didinginkan.
Menurutnya, energi listrik yang dihasilkan dari kompor ini berupa tegangan DC sebesar 10-14
Volt, dengan arus 2-4 Ampere.
�Tergantung perbedaaan temperature yang diterima oleh komponen thermo electric. Semakin
besar selisih suhu antar kedua sisi lempengan thermo electric maka semakin besar pula daya
yang dihasilkan,� ujarnya.
Cara kerja kompor ini sangatlah sederhana. Seperti kompor pada umummnya, namun setelah
kompor dihidupkan lempeng sisi panas thermo electric akan menyerap panas dari kompor dan
akan di buang melalui sisi yang lainnya dari proses tersebut maka akan timbul tegangan dari
kedua ujung kabelnya.
�Tegangan tersebut akan masuk pada rangkaian boost conventer DC untuk dinaikkan tegangannya
menjadi 13,8 Volt. Hal ini dimaksudkan supaya bila terjadi drop tegangan pada sisi thermo
electric maka diharapkan rangkaian boost conveter ini tetap mampu menyuplai kebutuhan
inventer yang memiliki tegangan kerja 10,5 Volt samapai 15 Volt,� tuturnya.
Ia juga menambahkan bahwa tegangan dari boost conventer ini selanjutnya akan masuk pada
rangkaian inventer untuk dinaikkan dan dirubah tegangannya dari 13,8 DC menjadi 220 Volt AC
agar dapat digunakan untuk mensuplay beban/ peralatan listrik yang ada disekitar.
(sus)
Selasa, 15-08-2017 | 06:13 wib
Oleh : Yusmana Windarto
Surabaya pojokpitu.com, Berasal dari pengalaman dan keterampilan yang dimiliki, Didit
Triwidodok, mahasiswa Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Tenaga Listrik Universitas 17
Agustus (Untag) Surabaya, mencipta kompor penghasil listrik.
Selain untuk memasak, kompor yang dibuatnya mampu mengisi daya listrik seperti baterai isi
ulang. Maka, energi panas dari kompor bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan daya listrik.
Tak hanya itu, kompor ini berfungsi sebagtai penyimpan daya hingga sebesar 43 watt.
Cara kerja kompor ini adalah membalikkan sistem generator. Maka, tenaga atau tegangan
listrik itu dihasilkan dari perbedaan sisi kumparan penghasil panas dan dingin. Sisi TEG
menerima panas dari kompor, sedangkan kumparan dingin berasal dari air dingin.
Meski idenya berhasil dibuat, namun bukan berarti tak memiliki kendala saat memproduksi
kompor ini. Masalah utamanya adalah pada biaya produksi dan waktu pembuatan desain yang
cukup lama.
Bahkan proses riset butuh waktu lebih panjang, karena produk inovasi ini hanya mampu
digunakan selama 15 menit dan dimanfaatkan untuk menyalakan lampu saja. Demikian disampaikan
Aris Heri Andriawan, dosen pembimbing.
Menurut pembuatnya, kompor penghasil listrik ini telah dirancang dengan biaya sekitar Rp 8
juta. Jika terus dilakukan riset, kompor ini diharapkan lebih hemat dan mampu menghasilkan
dan menyimpan daya listrik lebih besar.(end)
REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Mahasiswa Teknik Elektro Universitas 17 Agustus 1945 (Untag)
Surabaya Didit Triwidodok mengembangkan "Kompor Termoelektrik Generator" (TEG) yang bisa
menghasilkan energi listrik.
"Kompor ini fungsinya untuk memasak, dan penghasil listrik yang dialirkan ke baterai atau
aki. Jadi, energi yang tersimpan bisa dipakai pada waktu lain ketika kompor sedang tidak
digunakan," ujar Didit di kampus Untag Surabaya, Senin (7/8).
Didit mengaku, ide menciptakan kompor ini bermula dari terbuangnya suhu panas yang
diciptakan oleh kompor ketika sedang memasak. Ia pun mulai berinovasi untuk memanfaatkan
panas yang dihasilkan kompor dengan mengubahnya menjadi energi listrik.
Ia memanfaatkan teknologi termoelektrik yang berfungsi menghasilkan listrik melalui
perbedaan temperatur yang dihasilkan dari pertemuan suhu panas dan dingin. Cara kerjanya,
ketika ada perbedaan panas di antara kedua sisi, maka akan timbul tegangan pada dua
kutub.
"Listrik berasal dari perbedaan temperatur yang dihasilkan. Sisi panas TEG menerima panas
dari kompor, kemudian sisi dinginnya dialiri air dingin yang dipompa ke atas, dengan kondisi
tersebut keluarlah tegangan dari kedua kutubnya," kata Didit.
Dia menyatakan kompor temuannya ini mampu menghasilkan daya listrik sebesar 43 Watt yang
untuk saat ini mampu mengaliri listrik pada lima lampu LED.
Kendala terbesarnya, kata dia, saat penciptaan ada pada waktu riset, juga biaya pribadi
untuk pembuatan kompor yang mencapai Rp 8 juta. Selain itu, dia juga cukup kesulitan dalam
menentukan desain kompor buatannya ini.
Dalam kesempatan yang sama, dosen pembimbing Didit, Aris Heri Andriawan mengatakan, inovasi
mahasiswanya ini bagus dalam memanfaatkan energi panas yang yang sia-sia ketika hanya
digunakan untuk memasak saja.
Aris mengatakan, inovasi-inovasi seperti ini harus dikembangkan lagi, mengingat pentingnya
penghematan energi listrik. "Sekecil apapun kita harus mulai berhemat, melakukan
inovasi-inovasi, seberapapun harus menjadi bentuk energi listrik yang bisa dimanfaatkan,"
ujar Aris.
Jumat, 11 Agustus 2017 - 14:32:15 WIB
Pada umumnya fungsi utama kompor gas yaitu untuk memasak. Namun, di tangan Didit Triwidodok
fungsi kompor gas tidak lagi digunakan untuk memasak tapi juga sebagai pembangkit
listrik.
Mahasiswa Teknik Elektro Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya tersebut berhasil menciptakan
kompor yang dilengkapi dengan baterai sebagai media penyimpanan energi listrik yang
dihasilkan setiap kompor tersebut digunakan untuk memasak.
�Energi listrik yang disimpan ini bisa digunakan saat listrik padam. Kompor ini memiliki
thermo electric, yakni sebuah media penghasil listrik yang dapat menghasilkan suhu dingin
jika kedua terminal atau kabelnya dihubungkan dengan sumber tegangan DC,� ujar Didit.
Thermo elektrik biasanya dipakai pada kulkas portable, dispenser mini dan pendingin CPU.
Electric Stove hanya menggunakan thermo elektrik sebagai generator, dengan cara memberikan
temperature atau suhu panas pada salah satu sisi sedangkan pada sisi yang lain akan
didinginkan.
Menurut Didit, energi listrik yang dihasilkan dari kompor ini berupa tegangan DC sebesar
10-14 Volt, dengan arus 2-4 Ampere.
�Tergantung perbedaaan temperature yang diterima oleh komponen thermo electric. Semakin
besar selisih suhu antar kedua sisi lempengan thermo electric maka semakin besar pula daya
yang dihasilkan,� ujarnya.
Cara kerja kompor yang merupakan karya tugas akhir ini sangatlah sederhana. Seperti kompor
pada umummnya, namun setelah kompor dihidupkan lempeng sisi panas thermo electric akan
menyerap panas dari kompor dan akan di buang melalui sisi yang lainnya dari proses tersebut
maka akan timbul tegangan dari kedua ujung kabelnya.
�Tegangan tersebut akan masuk pada rangkaian boost conventer DC untuk dinaikkan tegangannya
menjadi 13,8 Volt. Hal ini dimaksudkan supaya bila terjadi drop tegangan pada sisi thermo
electric maka diharapkan rangkaian boost conveter ini tetap mampu menyuplai kebutuhan
inventer yang memiliki tegangan kerja 10,5 Volt samapai 15 Volt,� tutur Didit.
Ia juga menambahkan bahwa tegangan dari boost conventer ini selanjutnya akan masuk pada
rangkaian inventer untuk dinaikkan dan dirubah tegangannya dari 13,8 DC menjadi 220 Volt AC
agar dapat digunakan untuk mensuplay beban/ peralatan listrik yang ada disekitar.
Ngopibareng.id |
Surabaya: Mahasiswa Universitas 17 Agustus (Untag) Surabaya, munculkan inovasi baru dengan
membuat kompor penghasil listrik. Alat tersebut dinamakan 'Kompor Termolektrik Generator
TEG' dengan kemampuan menyimpan daya sebesar 43 watt.
Didit Triwidodok, mahasiswa jurusan Elektro Fakultas Teknik Tenaga Listrik inilah yang
mencetuskan kompor penghasil lisrik. Dengan berbekal pengalaman dan keterampilannya dia
mampu menghasilkan alat tersebut yang mampu digunakan berbgai hal.
"Ini fungsinya bisa untuk memasak, mengisi daya listrik, seperti batrei aki. Jadi energi
dari kompor yang terbuang mampu dimanfaatkan untuk kebutuhan yang lain, seperti menghasilkan
daya listrik itu," terang Didit, Senin (7/8).
Langkah kerja kompor ini sendiri berasal dari generator yang dibalik, sehingga mampu
melawati perbedaan panas dikedua sisinya. Dari situ maka akan menimbulkna tegangan.
"Jadi sisi TEG menerima panas dari kompor, sisi dinginnya kita aliri air dingin, untuk
membuang panasnya, dengan kondisi tersebut mampu menimbulkan tegangan di kedua kutubnya,"
sambungnya.
Selain itu, kendala yang dialami saat memproduksi kompor ini menurutnya, hanya ada di biaya
dan waktu saja. Jadi proses desain yang lama serta riset dan desain yang sulit membuat
kompor tersebut lama diperkenalkan.
Ngomong soal biaya, Didit mengaku sudah menghabiskan dana sebesar Rp 8 juta untuk
terciptanya kompor ini. Dengan modal seperti itu, kompor tersebut juga tampaknya hanya bisa
digunakan dalam durasi yang tak lama.
"Jadi hasil yang dikeluarkan oleh kompor ini mampu digunakan selama 15 menit saja, dan untuk
sementara hanya dapat digunakan untuk lampu saja," ungkap Didit.
Sementara itu, salah satu Dosen Untag Aris Heri Andriawan, memuji inovasi yang dilakukan
oleh anak didiknya. Karena mampu memanfaat kan panas yang dibuang oleh kompor menjadi sumber
listrik.
"Ini merupakan inovasi yang bagus, terlebih dari ibu-ibu rumah tangga yang menggunakan
kompor. Serta kedepannya saya berharap langkah ini mampu ditingkatkan kembali, dan kita
harus mulai berhemat," ucapnya. (hrs)
Komunitas Green Campus Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya siap mengadakan serangkaian
kegiatan penghijauan di taman Mangrove Gunung Anyar dan seminar Gerakan Peduli Lingkungan
pada akhir Mei 2015.
Tim yang diprakarsai oleh UKM Fordimapelar beserta gabungan elemen mahasiswa di Universitas
17 Agustus 1945 Surabaya ini menggagas kegiatan penanaman mangrove dan seminar dengan tema �
Budayakan Lingkungan Gemah Ripah Loh Jinawi� dan mengundang segenap delegasi dari seluruh
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) ada dari Teknik, Fisip, Ekonomi, Sastra, Hukum, dan
Psikologi.
Eko Prasetyo sebagai ketua pelaksana Green Campus 2015 ini menjelaskan mengenai tema yang
menggunakan bahasa jawa, �Karena kita terjun di mayarakat di Jawa Timur tepatnya di
Surabaya�.
� Yang unik dalam kegiatan Green Campus ini adalah para dosen dan mahasiswa turun langsung
untuk membersihkan taman mangrove dan menanam pohon� Tutup mahasiswa Fakultas Psikologi
semester 2 tersebut. (Rahma)
Kamis, 21 April 2016 00:04:03
Reporter : Fahrizal Tito
Surabaya (beritajatim.com) - Sebanyak 14 mahasiswa Fakultas Teknik Mesin, Universitas 17
Agustus 1945 (Untag) Surabaya mengembangkan prototipe mobil listrik dengan gaya mobil
perkotaan "City Car" kecil dan lincah. Mobil ini dinamai dengan mengambil salah tokoh
pewayangan �Kunthing Sakti�.
Ketua tim perancang prototipe mobil Kunthing Sakti, Aan Sugeng Irianto mengungkapkan bahwa
selama empat bulan, sejak Desember lalu dirinya bersama rekannya mulai merancang dan
mengembangkan prototype mobil ini nol emisi ini agar hasil akhirnya nanti bisa difungsikan
dengan baik.
"Meski baru berbentuk prototype, kami berusaha tetap menjaga kenyamanan bagi pengemudi.
Karena itu, desain mobil dibuat dengan gaya city car yang berkapasitas dua orang," ujar Aan,
saat launching di selasar gedung Graha Wiyata Untag Surabaya, Rabu (20/4/2016).
Ia mengungkapkan, tahapan awal pembuatan mobil ini dimulai dari perencanaan, penentuan
spesifikasi, sampai perancangan desain. Hingga tahap berikutnya yaitu fabrikasi, assembling
sistem mekanik dan elektronik hingga finishing sistem dan modul.
�Seratus persen body mobil kita buat sendiri menggunakan plat galvanis dan acrilic.
Sedangkan untuk spare part seperti mesin, roda dan lampu masih mengandalkan pabrikan,� kata
Aan.
Ia melanjutkan, Secara spesifik, mobil itu bisa digunakan untuk melaju hingga 40 Km per jam.
Dengan kapasitas 850 watt � 60 volt, batray bisa bertahan hingga tiga jam untuk melaju.
�Kita pasang lima batray portable yang mudah dilepas agar bisa diisi ulang. dan ketika ingin
mengisi isi ulang energi listrik, cuma mencabut batrainya saja tanpa memindahkan mobil dari
keberadaannya, Jika ingin bertahan lebih lama, batray bisa diganti dengan yang berkapasitas
hingga 3 ribu watt,� tambahnya Aan.
Sementara itu, Dosen pembimbing pembuatan Kunthing Sakti, Sugeng Priandoko menambahkan,
total anggaran yang dihabiskan untuk merakit mobil itu hanya sekitar Rp50 juta. �Itu sudah
murah, karena produksi mobil listrik sebenarnya butuh biaya cukup mahal,� kata dia.
Biaya yang mahal itu utamanya karena mesin mobil masih harus impor. Sehingga demi efisiensi,
beberapa spare part harus diakali agar lebih hemat. Misalnya untuk transmisi, Sugeng memilih
rantai dari pada menggunakan gir.
"Karena Selain murah, rantai juga mudah diganti jika ada kerusakan. Jadi kendaraan juga
lebih ringan tanpa gir,� tandasnya.
Soal nama, lanjutnya. Kenapa memilih nama dari tokoh pewayangan. Raden Setyaki yang
merupakan nama asli Kunthing merupakan sosok kecil namun lincah nan kuat seperti Bima. Dari
sifat itulah mobil itu dinamakan.
�Mobil ini kecil, lincah dan kuat, tapi tetap nyaman. Meskipun prototype, kita tidak membuat
seperti gokart yang pengemudinya harus selonjoran,� pungkas Sugeng. [ito/but]
http://m.beritajatim.com/pendidikan_kesehatan/264795/lincah_dan_nyaman,_mobil_listrik_city_car_ciptaan_mahasiswa_untag.html
Sabtu, 23 April 2016 | 03:49:05
INDONESIA PAGI, Surabaya Inovasi didalam dunia pendidikan terus berkembang pesat. Seperti
yang dilakukan Fakultas Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya. Untag
Surabaya berinisiatif menciptakan mobil ramah lingkungan, yang nantinya bisa dijadikan model
untuk pengembangan mobil nasional.
Walaupun sudah banyak inovasi tentang mobil ramah lingkungan yang diciptakan, tetapi inovasi
yang dilakukan Rakasiwi dan tiga belas temannya yang berhasil menciptakan sebuah mobil ramah
lingkungan jenis city car dibawah dosen pembimbing Sugeng Priyandoko. City car ramah
lingkungan ini diberi nama Kunthing Sakti.
Bedanya mobil ramah lingkungan yang diciptakan oleh mahasiswa kami adalah dalam segi
bentuknya, biasanya mobil ramah lingkungan berbentuk pendek seperti mobil balap, tetapi kita
mendesain mobilnya seperti mobil pada umumnya, jadi bisa digunakan untuk selonjoran dan
pengguna bisa duduk nyaman ujar Sugeng Priyandoko.
Daya yang diperlukan untuk menjalankan mobil ramah lingkungan ini adalah sebesar 8500 Watt,
60 Volt/DC, dan menggunakan kurang lebihnya 52 baterai. Mobil tersebut juga bisa bertahan
sampai 3 sampai 4 jam, dan jarak yang dapat digunakan tergantung pemakaian.
Waktu yang dibutuhkan Rakasiwi dan timnya dalam merancang sampai pembuatannya sampai
menghabiskan 4 bulan. Ujicoba yang dilakukan masih disekitar area kampus. Mobil ramah
lingkungan ini merupakan buatan Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin yang masih Generasi
Pertama.
dimaksud generasi pertama itu adalah kita akan melakukan beberapa penelitian lanjutan dan
inovasi lanjutan, seperti mengganti bahan energi yang sebelumnya menggunakan listrik,
nantinya akan digunakan solar sel yang menggunakan energi sinar matahari sebagai bahan
bakarnya ujar Sugeng Priyandoko.
Tidak sedikit inovasi mobil listrik ramah lingkungan yang diciptakan oleh para anak bangsa,
namun pemerintah Indonesia belum bisa memberikan izin untuk mengoperasikan mobil ramah
lingkungan tersebut untuk beroperasi di jalanan Indonesia. Melihat permasalahan tersebut
Sugeng Priyandoko berharap pemerintah bisa mendampingi dan serius terhadap pengembangan
mobil ramah lingkungan, karena selain mobil ini hemat emisi dan ramah lingkungan, mobil ini
juga tidak menyebabkan polusi udara karena tidak ada gas yang dibuang dan hemat secara
hitungan rupiah. mel
http://www.surabayapagi.com/read/136941/2016/04/23/City_Car_Buatan_Untag_yang_Ramah_Lingkungan.html
By Agita Violinium -
Harianpost.co.id � Kabar membanggakan datang dari salah satu Universitas swasta di wilayah
Surabaya, Universitas 17 Agustus 1945 (Untag Surabaya). Dalam rangka membuat inovasi
teknologi, mahasiswa Teknik Mesin Untag berhasil membuat mobil berdaya listrik sebagai
sumber energinya.
Mobil listrik sendiri merupakan salah satu alternatif pengurangan pemakain bahan bakar
minyak, dimana kemudian sumber energi kendaraan diganti dari sumber listrik. Listrik yang
akan digunakan sebagai sumber energi mobil disimpan ke dalam accu melewati proses
charging.
Menurut perwakilan tim mobil listrik Untag Surabaya, Ali Fuad, mengatakan bahwa setidaknya
ada lima buah accu yang digunakan dalam penyimpanan energi mobil yang diberi nama �Kunthing
Sakti� ini. Kapasitas accu sendiri cukup mumpuni yaitu 12 volt 15 ah. Kapasitas accu dipilih
berdasarkan manfaat-manfaat yang akan diberikan oleh si �Kunthing Sakti�.
�Mobil listrik kami disini lebih mengutamakan kenyamanan, jadi bisa digunakan untuk
mobilitas sehari-hari oleh masyarakat. Untuk �Kunthing Sakti� kami mendesain untuk kapasitas
dua penumpang saja,� kata Ali, Rabu (20/4).
Persiapan pembuatan �Kunthing Sakti� sendiri sudah dimulai sejak bulan Desember 2015. Hingga
berita ini diturunkan, April 2016, mobil listrik ini sudah siap untuk digunakan. Untuk
persiapannya cukup menyita otak dan waktu. Pertama menentukan spekulasi produk, kemudian
membentuk konsep, perancangan desain, fabrikasi, assembly mekanik dan elektrik, finishing,
serta tes sistem dan modul.
Mobil listrik ini semakin terlihat menarik ketika menilik perjuangan mahasiwa yang ikut
berkecimpung di dalam menciptakan �Kunthing Sakti�. Ali menceritakan bahwa total mahasiswa
yang membantu terwujudnya mobil listrik ini ada 14 orang. Dibimbing oleh dosen Teknik Mesin
Untag Surabaya, Sugeng Prihandoko Hadi, bukan berarti tidak ada kendala apapun dalam proses
pengerjaan.
�Mungkin kendalanya yang sering terjadi adalah sistem kontrol dan sistem elektriknya. Karena
kami disini masih dalam bentuk prototype yang perlu dikembangkan agar lebih bagus dan
sempurna lagi,� tambah mahasiswa Teknik Mesin Untag Surabaya tingkat akhir itu
https://www.harianpost.co.id/3121/mobil-listrik-kunthing-sakti-inovasi-teknologi-anak-bangsa-dari-surabaya/
Mobil listrik bernama �Kunthing Sakti� yang digagas oleh mahasiswa Fakultas Teknik Mesin
Untag akan menghiasi area PDTS KBS. Dimana mobil listrik yang digadang-gadang sosok kecil
namun lincah nan kuat seperti Bima ini bisa di atur sesuai kebutuhan dan kenyamanan di
lapangan. Nah, ke depan kerja sama PDTS KBS dengan Untag tidak hanya berhenti sampai disitu
saja. Untag berencana membuka stand pameran di PDTS KBS untuk menghadiri undangan event
agung di PDTS KBS. Salam Lestari.
Spesifikasi Mobil Listrik Kunthing Sakti:
1. Panjang 2300 mm
2. Lebar 1250 mm
3. Tinggi 1700 mm
4. Berat 280 kg
5. Motor 850W 60V
6. Ground Clereance (Tinggi bodi dari tanah) 200 mm
7. Kecepatan maksimal 40 km/jam
8. Lama pengisian baterai hingga penuh ialah 3 jam
9. Body terbuat dari plat galvalum
10. Jenis Baterai yang digunakan ialah Deepcycle Baterai sebanyak 5 buah dengan
masing-masing daya baterai 12V 18Ah
11. Jenis lampu depan yang digunakan adalah 4 buah fog lamp
12. Shock absorber 4 buah adalah shock absorber depan dan 2 buah shock absorber belakang
(semua menggunakan shock absorber motor matic).
Jumat, 03 Juni 2016 - 13:32:24 WIB
UNTAG Surabaya meraih juara 2 Eco Campus tahun 2016 yang diselenggarakan oleh Pemerintah
Kota Surabaya dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) ke-723. Penetapan juara ini berdasarkan
keputusan Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya Nomor: 660/4103/436.7.2.2016.
Wakil Rektor II UNTAG Surabaya, Dr. Ir. RA. Retno Hastijanti, MT kepada warta17agustus.com
mengatakan, Program Eco Campus merupakan salah satu program Pemerintah Kota Surabaya untuk
mendorong terciptanya wawasan, pengetahuan, kesadaran dan perilaku peduli lingkungan dalam
lingkungan kampus yang perlu diberikan sejak dini.
Kita sebelumnya belum pernah ikut lomba Eco Campus, sekali kita ikut alhamdulillah juara 2.
Tentu saja kita merasa bangga dan senang, ungkap Dr. Hastijanti saat dikonfirmasi di
kantornya, Selasa (31/5).
Dr. Hastijanti yang juga selaku Tim Pengarah Eco Campus memaparkan visi dan misi Eco Campus
UNTAG Surabaya. Visi, terwujudnya universitas yang unggul berbasis kreatif, inovatif dan
ramah lingkungan lingkungan. Sedangkan misi, mewujudkan kampus yang bersih dan asri dengan
kebiasaan yang berbasis cinta lingkungan, menciptakan teknologi yang kreatif dengan tetap
memperhatikan lingkungan, menciptakan gaya hidup yang ramah lingkungan dengan inovasi yang
dimiliki mahasiswa dan pengajar.
Mulai tahun 2010 kita memiliki renstra untuk mencanangkan UNTAG Surabaya menjadi Eco Campus.
Ada SK (Surat Keputusan) Rektor, himbauan, intrusksi rektor yang berkaitan Eco Campus. dan,
jelas dosen Prodi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik itu.
Sementara itu, pada kesempatan yang sama Ketua Eco Kampus UNTAG Surabaya, Dra. Ec. Endang
Setyowati. M.Si menjelaskan, poin-poin yang dinilai dalam lomba Eco Campus tahun 2016,
diantaranya kebijakan eco campus, pengelolaan sarana dan prasarana pendukung ramah
lingkungan, kegiatan lingkungan berbasis partisipasi warga kampus, dan inovasi lingkungan
kampus.
Eco Campus kita mempunyai program pengelolaan listrik, program pengelolaan sampah, program
penghijauan dan hutan kota, program pembuatan wahana transportasi internal, dan program
pengelolaan air dan limbah, ucap dosen Fakultas Ekonomi itu.
Untuk mewujudkan Eco Campus, tegas Dra. Ec. Endang, dibutuhkan kerjasama yang baik dari
semua stakeholder kampus. Warga kampus dilarang merokok, dilarang membuang sampah sembarang,
dilarang memakai kaos oblong, dan kebijakan lainnya yang menunjang terwujudnya Eco Campus,
tambah Ketua Laboratorium Kewirausahaan Fakultas Ekonomi ini.
Lebih lanjut Dra. Ec. Endang mengatakan, karena sudah meraih juara 2 Eco Campus, UNTAG
Surabaya mendapat penghargaan dari Pemerintah Kota Surabaya berupa uang pembinaan,
sertifikat, dan trophy. Untuk sertifikat dan trophy akan diberikan setelah idul fitri.
Langkah kita selanjutnya adalah menggerakan warga kampus untuk rutin melakukan kerja bakti,
agar peduli dan mencintai lingkungan, pungkasnya.(K-Nan)
Kamis, 26 Mei 2016 - 21:41:29 WIB
Kampus selain sebagai tempat menimba ilmu juga harus mampu memberikan kontribusi nyata
terhadap pelestarian lingkungan terutama dalam hal memerangi pemanasan global. Program Green
Campus diharapkan dapat menjadikan lingkungan kampus tidak hanya sebagai tempat yang nyaman,
teduh, asri dalam kegiatan belajar mengajar, tapi juga sebagai bentuk pengabdian kampus
terhadap lingkungan. Hal inilah yang ingin ditunjukkan oleh Untag Surabaya dalam upayanya
melestarikan lingkungan.
Keikutsertaan Untag Surabaya dalam program Green Campus mendapatkan perhatian dari
Pemerintah Kota Surabaya. Tim yang terdiri dari Badan Lingkungan Hidup, Dinas Kebersihan dan
Pertamanan, Dinas Pertanian Kota Surabaya, Bank Sampah Bina Mandiri, serta dari Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terjun langsung ke Untag Surabaya untuk meninjau program
atau aktivitas kampus hijau yang sudah diterapkan di Kampus Merah Putih ini (24/5).
Dalam melaksanakan program kampus hijau Untag Surabaya telah memetakannya secara
berkelanjutan dimana terdapat beberapa poin penting, diantaranya adalah rencana strategis
Eco Campus berkelanjutan, penggunaan lampu LED sebagai pengembangan teknologi tepat guna
(Master Plan Energy), penanganan banjir dan genangan sebagai pengembangan teknologi tepat
guna (Water Recycling Zone), penanaman pohon yang diprogramkan pada saat pembekalan
mahasiswa baru, zona hijau, serta pembentukan Komunitas Hijau 17.
Rektor Untag Surabaya, Prof. Dr. drg. Hj. Ida Aju Brahmasari, Dipl, DHE, MPA, menuturkan
bahwa selain beberapa poin di atas Untag Surabaya juga memiliki kerjasama dengan beberapa
universitas dari luar negeri untuk melakukan riset tentang lingkungan.
Kami memiliki
kerjasama dengan Khon Kaen University Thailand untuk mendampingi mahasiswanya melakukan
riset tentang lingkungan. Selain itu, kami juga bekerjasama dengan beberapa pemerintah
kabupaten untuk mengembangkan potensi lingkungan di wilayahnya, ujarnya.
Brahmasari juga menuturkan bahwa selain itu Untag Surabaya juga rutin mengajak siswa siswi
dari Sekolah Alam Insan Mulia Surabaya untuk belajar menanam bibit tanaman dan mengenalkan
aneka tanaman di lingkungan Kampus Untag Surabaya.
Tim yang berjumlah enam orang dan didampingi oleh Komunitas Hijau 17 dan Wakil Rektor II
Untag Surabaya tersebut kemudian berkeliling kampus untuk mengamati implementasi kampus
hijau di Untag Surabaya. Mereka mendatangi beberapa area diantaranya lokasi solar cell,
biopori, vertikal garden, selasar, taman persahabatan, dan wifi corner yang terletak di
taman psikologi Untag Surabaya.
Wakil Rektor II Untag Surabaya, Dr. Hj. R. A. Retno Hastijanti, MT, menuturkan program
kampus hijau di Untag Surabaya diharapkan dapat mendukung program Pemkot Surabaya dalam
mewujudkan smart city. Kami berharap dengan green campus ini dapat mendukung program Pemkot
Surabaya dalam mewujudkan smart city dan yang ditekankan di sini adalah dalam hal smart
campus dan smart building terutama pada arsitektur yang ramah lingkungan, tuturnya.(Koi)
Rabu, 25 Mei 2016 - 11:31:45 WIB
UNTAG Surabaya turut berpartisipasi dalam lomba Surabaya Eco Campus 2016 yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Surabaya. Adapun tinjauan langsung ke UNTAG Surabaya
dilakukan oleh perwakilan dari Pemerintah Kota Surabaya, Badan Lingkungan Hidup, Dinas
Kebersihan dan Pertamanan, Dinas Pertanian, dan akademisi dari ITS Surabaya untuk memberikan
penilaian terhadap kelayakan kampus dalam menyandang gelar Eco Campus, Selasa
(24/5/2016).
Rektor UNTAG Surabaya, Prof. Dr. drg. Hj. Ida Aju Brahmasari, Dipl.,DHE.,MPA menyambut
langsung kedatangan tim penilai eco campus yang bertempat di Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat (LPPM).
Selamat datang di kampus merah putih, sambut guru besar UNTAG Surabaya itu kepada tim
penilai eco campus.
Kepada tim penilai, Prof. Brahmasari menjelaskan bahwa mahasiswa UNTAG Surabaya selalu
didorong untuk mencintai dan peduli terhadap lingkungan. Di UNTAG Surabaya dilarang merokok
dan kepedulian lain mahasiswa adalah diwajibkan membawa pohon ketika pembekalan mahasiswa
baru, ungkapnya.
Pada kesempatan yang sama Kepala Pusat Studi Kependudukan dan Lingkungan Hidup UNTAG
Surabaya, Drs. Murgianto, MS mengatakan, program-program yang dilakukan UNTAG Surabaya
adalah salah satu wujud kedulian perguruan tinggi untuk berperan aktif dalam menjaga dan
memperbaiki kondisi lingkungan kampus agar tetap hijau dan ramah lingkungan.
Eco campus di UNTAG Surabaya untuk mendukung program Pemerintah Kota Surabaya dan pusat
dalam hal lingkungan hidup, ujar dosen Fakultas Ekonomi itu.
Drs. Murgianto mengungkapkan bentuk kepedulian lain UNTAG Surabaya dalam menjaga lingkungan
hidup juga diwujudkan dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi. Menurut Pakar Ekonomi Sosial itu
eco campus dalam pelastarian lingkungan bukan hanya suatu lingkungan kampus yang dipenuhi
dengan pepohonan yang hijau, melainkan warga kampus dapat memanfaatkan sumberdaya yang ada
secara efektif dan efesien.
Misalnya dalam pemanfaatan kertas, alat tulis menulis, penggunaan listrik, air, lahan, dan
pengelolaan sampah. Di UNTAG Surabaya juga ada perpaduan eco budaya, eco teknologi, jelas
Drs. Murgianto diakhir sambutannya.
Sementara itu, Ketua Tim penilaian eco campus, Nining Febriani, S.Si berterima kasih kepada
UNTAG Surabaya yang telah bersedia mengikuti program eco campus yang diselenggarakan oleh
pemerintah Kota Surabaya. Semoga eco campus di UNTAG Surabaya bisa berkelanjutan sehingga
mampu membuat nyaman Kota Surabaya, kata Nining.
Menurut Nining setelah melakukan visitasi ke beberapa perguruan tinggi yang mengikuti
program eco campus, timnya menemukan kelemahan yang harus segera diperbaiki. Dari sekian
kampus yang ikut program ini segi administrasi masih harus diperbaiki,pungkasnya.
Sumber Berita:
http://warta17agustus.com/berita-untag-surabaya-mengikuti-surabaya-eco-campus-2016-yang-diselenggarakan-pemkot-surabaya.html#ixzz5CXeUkgqA
Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial No Derivatives
Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya secara bertahap dan terencana menerapkan
kegiatan yang selaras dengan alam dan lingkungan. Tak mengherankan bila konsistensi Untag
Surabaya diganjar dengan penghargaan sebagai Terbaik III Lomba Eco Campus Tingkat Kota
Surabaya Tahun 2021. Kompetisi yang digelar oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya ini
diikuti oleh 10 perguruan tinggi. Bertempat di Gedung Balai Kota Surabaya, penghargaan
diterima langsung oleh Rektor Untag Surabaya - Prof. Dr. Mulyanto Nugroho, MM., CMA., CPA.
pada Kamis, (15/12).
Ungkapan syukur disampaikan oleh Prof. Nugroho saat ditemui di Ruang Rapat Rektorat. “Senang
dan bersyukur pastinya. Untag Surabaya disandingkan dengan sembilan perguruan tinggi lainnya
yang pernah menjadi juara Eco Campus tahun-tahun sebelumnya. Bangga kita bisa jadi tiga
besar,” tuturnya. Prof. Nugroho menambahkan bahwa keberlanjutan program menjadi poin penting
dalam Eco Campus tahun ini, “Keberlanjutan inilah yang pada tahun ini dinilai, bagaimana
program Eco Campus ini punya sustainibility.”
Indikator penilaian Eco Campus, sebut Prof. Nugroho, mencakup lingkungan, kebersihan, daur
ulang, penghijauan dan teknologi. Saat penilaian lapangan pada 25 November lalu, Untag
Surabaya berfokus pada pengelolaan limbah. “Kita punya Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) dan pengelolaan tinja, itu yang menjadi keunggulan Untag Surabaya,” terang Prof.
Nugroho. Sejak dinobatkan sebagai Eco Campus pada tahun 2018 lalu, Untag Surabaya tetap
konsisten melakukan kegiatan peduli lingkungan serta menjalin kemitraan dengan berbagai
organisasi seperti Ecoton dan Koperasi Bank Sampah.
Menurut Prof. Nugroho, program Eco Campus diharapkan dapat menjadikan lingkungan kampus
sebagai tempat yang nyaman, teduh, asri dalam kegiatan belajar mengajar serta merupakan
bentuk pengabdian kampus terhadap lingkungan. “Meskipun secara lahan kita tidak seluas
perguruan tinggi lain, tapi kita bisa mengadakan program berbasis lingkungan. Misalnya kita
pernah menyumbang 800 eco bricks,” katanya. Eco bricks yang dibuat oleh mahasiswa saat PKKMB
pada tahun 2018 disumbangkan pada masyarakat Pulau Gili Ketapang, Probolinggo.
Sebagai Eco Campus, Untag Surabaya berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat akan
lingkungan, mulai dari sivitas akademika. “Motornya adalah perguruan tinggi karena dianggap
akademisi. Kita harus mencontohkan pada masyarakat tentang lingkungan. Keberlanjutan ini
penting, tidak hanya sekarang namun juga untuk anak cucu kita,” lanjut Prof. Nugroho. Dosen
Prodi Akuntansi ini menegaskan bahwa implementasi Eco Campus harus dimulai dari sivitas
akademika, “Kita sudah mempunyai mata kuliah yang berbasis lingkungan. Itu dimulai dari
program studi Ilmu Komunikasi dan Arsitektur.”
Capaian tersebut, imbuh Prof. Nugroho, tidak lantas menjadikan Untag Surabaya berpuas diri.
“Kita bisa lebih baik, tentu dengan sinergi dan gotong royong. Kita harus bisa berdaya saing
untuk lingkungan hidup yang berkelanjutan. Targetnya adalah bisa berinovasi terkait
teknologi, seperti penghijauan dan kebersihan berbasis IT,” papar Prof. Nugroho.
“Harapannya, lingkungan semakin asri dan lingkungan semakin baik dengan sentuhan teknologi,”
tutupnya. (um/rz)
SURABAYA � Pengembangan mobil listrik tetap menjadi daya tarik tersendiri bagi universitas.
Kemarin, Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya melauching mobil listrik hasil karya
mahasiswanya bernama Kunthing Sakti.
Mobil listrik yang dibuat oleh 14 mahasiswa mengusung tipe city car. Berbeda dengan mobil
listrik buatan universitas lainnya yang lebih banyak dirancang untuk racing. �Jadi mobil ini
lebih mengarah sebagai mobil angkutan umum dengan kapasitas dua penumpang,� kata ketua tim
proyek mobil listrik Kunthing Sakti Aan Sugeng. Karena mengusung jenis city car, maka ukuran
mobil ini terbilang cukup mungil.
Panjangnya hanya 2,3 meter, kemudian lebar 1,25 meter dan tinggi 1,7 meter. Dengan body yang
mungil ini sangat cocok untuk perkotaan dengan volume kendaraan cukup padat seperti
Surabaya. Selain itu, mobil yang menggunakan listrik sebagai sumber energy tentu nol emisi,
sehingga lebih ramah lingkungan.
Dosen pembimbing proyek mobil listrik Kunthing Sakti Sugeng Priyandoko menyebutkan, proses
pembuatan mobil listrik ini dilakukan sejak Desember 2015 lalu. Saat itu semua masih dalam
tahap awal, mulai dari perencanaan, penentuan spesifikasi, sampai perancangan desain.
Kemudian dianjutkan dengan proses fabrikasi, assembling sistem mekanik dan elektronik hingga
finishing sistem dan modul. �Sampai akhirnya jadi mobil seperti ini,� kata Sugeng.
Mobil Kunthing Sakti ini didaulat punya beberapa kelebihan, diantaranya adalah baterai yang
didesain portable. Dengan baterai portable ini, maka ketika dilakukan pengisian energy tidak
perlu membawa mobilnya, namun cukup baterainya saja. Sebab baterai seukuran koper itu bisa
diambil dan tinggal mencolokkan ke aliran listrik saja. Mobil ini menggunakan dynamo tunggal
dengan kekuatan lebih dari 1 tenaga kuda, menggunakan konsumsi listrik 850 watt dan 60 volt
dengan sistem aliran listrik DC.
Dinamo tersebut juga mampu memacu mobil hingga kecepatan 40-50 kilometer per jam. Dengan
pengisian baterai selama 3-4 jam, mobil bisa melaju selama 3-4 jam pula. �Kami masih terus
melakukan improvisasi. Tentu mobil ini masih banyak kekurangan disana sini, dan kedepan kami
berharap mobil ini bisa menjadi sarana transprotasi publik,� tandasnya.
Mobil listrik yang menghabiskan dana Rp50 juta ini, 70 % menggunakan bahan dalam negeri.
Bahkan komponenkomponen itu dibuat sendiri oleh mahasiswa, mulai dari rangka, hingga body
mobil. Untuk mesin berupa dynamo dan controlernya masih impor.
�Saat ini masih menggunakan besi plat galvanis dan acrylic. Namun kedepannya bisa
menggunakan komposit alumunium, abu batu bara dan serat karbon, sehingga mobil lebih
ringan,� katanya.
lutfi yuhandi
http://koran-sindo.com/page/news/2016-04-21/5/100/Untag_Luncurkan_Kunthing_Sakti
Kamis, 21-04-2016 | 18:46 wib
Oleh : Yusmana Windarto
pojokpitu.com, Tak ingin tertinggal, sejumlah mahasiswa salah satu perguruan tinggi di
Surabaya, membuat karya mobil listrik bergaya city car. Karya mahasiswa ini didesain untuk
kenyamanan dua penumpangnya.
Dengan mengusung konsep city car yang nyaman, 14 mahasiswa Fakultas Teknik Mesin,
Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya membuat karya mobil listrik.
Mobil listrik nol emisi ini yang dijuluki Kuthing Sakti, memiliki kapasitas dua penumpang.
Nama Kuthing Sakti ini berasal nama salah satu tokoh pewayangan.
Termotivasi untuk membuat kendaraan yang ramah lingkungan, Kuthing Sakti ini didesain secara
praktis tanpa menghilangkan rasa kenyamanan.
Selama empat bulan, 14 mahasiswa ini membuat rancangan secara detail agar mampu berfungsi
secara baik. Tahap-tahap pembuatan Kuthing Sakti dimulai dari perencanaan, penentuan
spesifikasi, hingga perancangan desain. Selanjutnya fabrikasi, assembling sistem mekanik,
elektronik hingga finishing sistem dan modul. Sementara desain dan pembuatan body Kuthing
Sakti juga dikerjakan penuh oleh para mahasiswa.
Secara spesifik, mobil itu bisa digunakan untuk melaju hingga 40 km per jam. Lima baterai
dengan kapasitas 850 watt, 60 volt, mampu bertahan hingga tiga jam untuk melaju. Demikian
dipaparkan Aan Sugeng, Ketua Tim Kunthing Sakti.
Untuk membuat Kuthing Sakti, tim mahasiswa ini menghabiskan biaya sekitar Rp 50 juta.
Meskipun masih prototype, tim mahasiswa menyatakan bahwa kendaraan bergaya city car ini
didesain nyaman dikendarai. (end)
20 April
19:122016
??by Benny Hermawan?1137 Pembaca
KBRN, Surabaya : Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya berhasil menciptakan satu
karya mobil listrik yang diberi nama 'Kunthing Sakti'. Mobil besutan mahasiswa fakultas
teknik mesin ini mengambil nama salah satu tokoh pewayangan sebab meski mobil besutan 14
mahasiswa ini kecil dan mungil namun diklaim lincah.
Kampus yang berlokasi di Jalan Semolowaru 45 Surabaya ini sukses menelorkan �Kunthing
Sakti�. Salah satu tokoh pewayangan itu dipakai sebagai nama mobil listrik besutan 14
mahasiswa Fakultas Teknik Mesin ini.
�Selama empat bulan, sejak Desember lalu kita mulai merancang. Dan sekarang hasilnya sudah
bisa kita fungsikan dengan baik,� tutur ketua tim pembuatan Kunthing Sakti Aan Sugeng
Irianto disela launching mobil listrik di graha wiyata Untag, Rabu (20/4/2016).
Tahap-tahap pembuatan mobil ini dibeberkan Aan, mulai dari perencanaan, penentuan
spesifikasi, sampai perancangan desain. Belum selesai, tahap berikutnya masih ada fabrikasi,
assembling sistem mekanik dan elektronik hingga finishing sistem dan modul.
�Seratus persen body mobil kita buat sendiri menggunakan plat galvanis dan acrilic.
Sedangkan untuk spare part seperti mesin, roda dan lampu masih mengandalkan pabrikan,�
terangnya.
Meski baru berbentuk prototype, Aan dan timnya berusaha tetap menjaga kenyamanan bagi
pengemudi. Karena itu, desain mobil dibuat dengan gaya city car berkapasitas dua orang.
Secara spesifik, lanjut dia, mobil itu bisa digunakan untuk melaju hingga 40 Km per jam.
Dengan kapasitas 850 watt � 60 volt, batray bisa bertahan hingga tiga jam untuk melaju.
�Kita pasang lima batray portable yang mudah dilepas untuk diisi ulang. Jadi, mobilnya tidak
perlu dibawa kemana-mana kalau mau isi ulang,� tambahnya. Jika ingin bertahan lebih lama,
batray bisa diganti dengan yang berkapasitas hingga 3 ribu watt.
Dosen pembimbing pembuatan Kunthing Sakti, Sugeng Priandoko menambahkan, karya mahasiswa
sengaja dibuat dengan biaya semurah mungkin. Total anggaran yang dihabiskan hanya sekitar
Rp50 juta.
�Itu sudah murah, karena produksi mobil listrik sebenarnya butuh biaya cukup mahal,� kata
dia.
Biaya yang mahal itu utamanya karena mesin mobil masih harus impor. Sehingga demi efisiensi,
beberapa spare part harus diakali agar lebih hemat. Misalnya untuk transmisi, Sugeng memilih
rantai dari pada menggunakan gir. Selain murah, rantai juga mudah diganti jika ada
kerusakan.
�Tidak hanya itu, kendaraan juga lebih ringan tanpa gir,� pungkasnya. (Benny/DS)
http://www.rri.co.id/madiun/post/berita/268234/sorotan_kampus/kunthing_sakti_mobil_listrik_besutan_mahasiswa_untag_surabaya
� REPORTER: FARIZ SARADINA
� RABU, APRIL 20, 2016
surabaya.Uri.co.idI SURABAYA � Dosen dan mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 (Untag)
Surabaya mengambil konsep city car dalam riset dan pengembangan mobil listrik. Namanya,
�Kunthing Sakti�.
Nama itu merupakan nama tokoh pewayangan. Nama ini merupakan nama alias Raden Setyaki yang
merupakan sosok kecil namun lincah nan kuat seperti Bima.
Kini, nama ini menjadi nama mobil listrik besutan 14 mahasiswa Fakultas Teknik Mesin
Untag.
�Selama empat bulan, sejak Desember lalu kami mulai merancang. Dan sekarang hasilnya sudah
bisa kami fungsikan dengan baik,� tutur ketua tim pembuatan Kunthing Sakti Aan Sugeng
Irianto saat ditemui SURYA.co.id, Rabu (20/4/2016).
Desain mobil dibuat dengan konsep city car berkapasitas dua orang sehingga menekankan
kenyamanan pengendaranya.
Secara spesifik, lanjut dia, mobil ini bisa digunakan untuk melaju hingga 40 Km per jam
dengan kapasitas 850 watt � 60 volt, baterai bisa bertahan hingga tiga jam untuk melaju.
Nah, Untuk membuat Prototype ini, Aan menjelaskan semua tahap mulai dari perencanaan,
penentuan spesifikasi, sampai perancangan desain dilakukan timnya.
�Seratus persen body mobil kami buat sendiri menggunakan plat galvanis dan acrilic.
Sedangkan untuk spare part seperti mesin, roda dan lampu masih mengandalkan
pabrikan,�katanya.
Lalu, untuk tenaga mobil, dipasang lima baterai portable yang mudah dilepas untuk diisi
ulang. Jadi, mobil tersebut tidak perlu dibawa kemana-mana kalau mau isi ulang.
Iapun menjelaskan jika ingin bertahan lebih lama, batray bisa diganti dengan yang
berkapasitas hingga 3 ribu watt.
Dosen pembimbing pembuatan �Kunthing Sakti�, Sugeng Priandoko menambahkan, karya mahasiswa
sengaja dibuat dengan biaya semurah mungkin.
Total anggaran yang dihabiskan hanya sekitar Rp 50 juta. �Itu sudah murah, karena produksi
mobil listrik sebenarnya butuh biaya cukup mahal,�ungkapnya.
Biaya yang mahal itu utamanya karena mesin mobil masih harus impor sehingga demi efisiensi,
beberapa spare part harus diakali agar lebih hemat, misalnya untuk transmisi, Sugeng memilih
rantai dari pada menggunakan gir.
Selain murah, rantai juga mudah diganti jika ada kerusakan. �Tidak hanya itu, kendaraan juga
lebih ringan tanpa gir,� tandasnya. (uri/ariz/aradina/FS)
Rabu, 20 April 2016 22:37 WIB
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA � Dosen dan mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya
mengambil konsep city car dalam riset dan pengembangan mobil listrik. Namanya, �Kunthing
Sakti�.
Nama itu merupakan nama tokoh pewayangan. Nama ini merupakan nama alias Raden Setyaki yang
merupakan sosok kecil namun lincah nan kuat seperti Bima.
Kini, nama ini menjadi nama mobil listrik besutan 14 mahasiswa Fakultas Teknik Mesin
Untag.
�Selama empat bulan, sejak Desember lalu kami mulai merancang. Dan sekarang hasilnya sudah
bisa kami fungsikan dengan baik,� tutur ketua tim pembuatan Kunthing Sakti Aan Sugeng
Irianto saat ditemui SURYA.co.id, Rabu (20/4/2016).
Desain mobil dibuat dengan konsep city car berkapasitas dua orang sehingga menekankan
kenyamanan pengendaranya.
Secara spesifik, lanjut dia, mobil ini bisa digunakan untuk melaju hingga 40 Km per jam
dengan kapasitas 850 watt � 60 volt, baterai bisa bertahan hingga tiga jam untuk melaju.
Nah, Untuk membuat Prototype ini, Aan menjelaskan semua tahap mulai dari perencanaan,
penentuan spesifikasi, sampai perancangan desain dilakukan timnya.
�Seratus persen body mobil kami buat sendiri menggunakan plat galvanis dan acrilic.
Sedangkan untuk spare part seperti mesin, roda dan lampu masih mengandalkan
pabrikan,�katanya.
Lalu, untuk tenaga mobil, dipasang lima baterai portable yang mudah dilepas untuk diisi
ulang. Jadi, mobil tersebut tidak perlu dibawa kemana-mana kalau mau isi ulang.
Iapun menjelaskan jika ingin bertahan lebih lama, batray bisa diganti dengan yang
berkapasitas hingga 3 ribu watt.
Dosen pembimbing pembuatan �Kunthing Sakti�, Sugeng Priandoko menambahkan, karya mahasiswa
sengaja dibuat dengan biaya semurah mungkin.
Total anggaran yang dihabiskan hanya sekitar Rp 50 juta. �Itu sudah murah, karena produksi
mobil listrik sebenarnya butuh biaya cukup mahal,�ungkapnya.
Biaya yang mahal itu utamanya karena mesin mobil masih harus impor sehingga demi efisiensi,
beberapa spare part harus diakali agar lebih hemat, misalnya untuk transmisi, Sugeng memilih
rantai dari pada menggunakan gir.
Selain murah, rantai juga mudah diganti jika ada kerusakan. �Tidak hanya itu, kendaraan juga
lebih ringan tanpa gir,� tandasnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Kunthing Sakti, Mobil Listrik Buatan
Mahasiswa Untag Surabaya, Bisa Melaju 40 Km per Jam,
http://www.tribunnews.com/regional/2016/04/20/kunthing-sakti-mobil-listrik-buatan-mahasiswa-untag-surabaya-bisa-melaju-40-km-per-jam.
Editor: Sugiyarto
Senin, 25 Februari 2019 - 12:35:56 WIB
Sosok Dra. Noorshanti Sumarah, S.Ikom., M.Ikom., dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik
(FISIP) Untag Surabaya, memiliki banyak kesibukan lain di luar kampus, salah satunya sebagai
pemerhati lingkungan. Hampir 1,5 dekade Noorshanti menjadi sosok pemerhati lingkungan,
sehinggamemberi pengaruh positif kepada masyarakat luas, khususnya masyarakat di kota
Pahlawan Surabaya.
2 Agustus 2015 lalu, Noorshanti mendapat apresiasi oleh Walikota Surabaya Ir. Tri
Rismaharini, M.T. dan dinobatkan sebagai Pahlawan Lingkungan.
Berawal dari workshop dan pelatihan yang diadakan oleh Walikota Surabaya Dr. H. Bambang Dwi
Hartono, M.Pd pada tahun 2005, Noorshanti mulai menunjukkan kepeduliannya terhadap
lingkungan. Noorshanti sadar bahwa masalah lingkungan harus mendapat penanganan khusus. Jika
tidak, maka akan berdampak buruk kepada masyarakat luas.
"Saya mengikuti workshop lingkungan ketika masa kepemimpinan Bambang DH 2005 lalu. Di sana
diarahkan bagaimana cara mengelola lingkungan dengan baik dan benar. Setelah itu dipilih lah
beberapa fasilitator lingkungan, dan saya adalah salah satunya. Sejak itu kami mulai giat
melakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar tentang pengelolaan lingkungan," ucap dosen
Ilmu Komunikasi tersebut.
Noorshanti menyebutkan, ada 3 pilar terkait program-programnya yang selama ini sudah
diterapkan bersama warga sekitar dalam mengelola lingkungan. Semua dilakukan demi kesadaran
terhadap masalah lingkungan. Jika lingkungannya bersih dan nyaman, menurutnya kesejahteraan
masyarakat akan dapat tercapai.
"Pilar yang pertama yaitu penghijauan, selain menyuburkan tanah dan biopori, penghijauan
juga memproduksi oksigen. Berikutnya yaitu sanitasi, sanitasi memang harus disosialisasikan
supaya saluran pembuangan tidak tercemar dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Terakhir
tentang pengelolaan sampah, diantaranya bagaimana memilah sampah yang basah dan kering,
sehingga dari sana dapat melakukan daur ulang," papar dosen pengampu mata kuliah Azaz-Azaz
Manajemen itu.
Sosok yang mengaku menggemari keterampilan ini, tidak ingin membiarkan sampah berserakan,
terutama sampah plastic. Sampah plastik dapat merusak ekosistem jika tidak dilakukan
penanganan. Sampah ini susah terurai di tanah dan banyak kasus terkait hal ini. Maka dari
itu, Noorshanti beserta warga lainnya memanfaatkan sampah plastik yang awalnya sama sekali
tak bernilai menjadi sebuah hasil karya yang menarik.
"Sudah lama hobi saya membuat sesuatu dari bahan-bahan daur ulang, seperti plastik, koran,
bahkan dari kulit jagung sekalipun. Saat ini kami memang lebih fokus mendaur ulang plastik
menjadi sebuah hasil karya, karena kami tahu plastik itu sulit terurai. Jika ini dibiarkan
dampaknya akan merusak ekosistem. Kasus-kasus akibat sampah plastik semacam ini sudah sering
terjadi," ungkapnya.
Noorshanti berharap supaya masyarakat semakin bijak mengelola lingkungan dan sadar terkait
bahaya yang ditimbulkan akibat pengelolaan sampah yang kurang tepat. Melalui program-program
yang telah berjalan hingga saat ini, semoga masyarakat dapat lebih bertanggung jawab atas
lingkungannya masing-masing.
"Sebagai penggiat lingkungan, semoga semua warga di Indonesia, khususnya warga di lingkungan
Untag Suarabaya tahu bagaimana harus bertanggung jawab atas lingkungannya. Yang paling
gampang adalah tanggung jawab terhadap sampah. Bagaimana cara menyiasati supaya lingkungan
kita bebas dari sampah dan Itu harus dilakukan mulai dari sekarang," Tutup Noorshanti ketika
ditemui warta17agustus.com di kantornya, (14/02/2018).
Rabu, 18 September 2019 - 09:45:56 WIB
Untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, tiga dosen Untag Surabaya membuat energi
terbarukan (biogas) ramah lingkungan dari bahan limbah kotoran sapi potong. Kegiatan ini
merupakan sebuah Program Kemitraan Masyarakat (PKM) sebagai pemberdayaan masyarakat Desa
Soko Kecamatan Wringin Anom, Kabupaten Gresik dalam rangka kemandirian energi.
Kegiatan pengabdian ini dilakukan pada tanggal 8 April sampai 27 Juli 2019 oleh dosen
Fakultas Teknik Untag Surabaya. Dengan Dr. Drs. Ir. Muhyin, M.Sc., (Teknik Mesin) sebagai
ketua, Mastuki, S.Si., M.Si., (Teknik Mesin) dan Dwi Yuli Rakhmawati, S.Si., M.Si., Ph. D.,
(Teknik Industri) sebagai anggota kelompok.
Sebagai ketua kelompok, Muhyin menerangkan bahwa rata sampai rata masyarakat desa tersebut
berternak sapi potong, karena disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik wilayah desa
sebagian besar adalah lahan pertanian tadah hujan. Dimana kondisi tersebut sangat mendukung
untuk mencukupi kebutuhan pakan ternak.
"Berdasarkan hasil diagnosis di lapangan yang kami peroleh dari tim LPPM Untag Surabaya,
kebanyakan mata pencaharian masyarakat desa tersebut adalah berternak sapi potong. Karena
sebelumnya penghasilan dari pertanian dirasa kurang memenuhi kebutuhan mereka. Disamping itu
kondisi dan karakteristik wilayah tadah hujan daerah tersebut sangat mendukung untuk
kebutuhan pakan ternak," paparnya saat ditemui tim warta17agustus, (16/09/19).
Lebih lanjut, dosen Prodi Teknik Mesin itu menjelaskan karena banyaknya masyarakat yang
melakukan ternak sapi potong, akan menimbulkan permasalahan yang diakibatkan limbah kotoran
sapi tersebut. Karena kotoran sapi yang terkumpul akan mengalami proses pembusukan dan
mengeluarkan bau yang menyengat sehingga mengganggu masyarakat. Maka dari itu perlu adanya
pengolah limbah agar tidak terjadi hal tersebut.
"Permasalahan seperti ini dapat diatasi dengan adanya pengolahan limbah kotoran sapi, agar
tidak menimbulkan polusi bau. Dimana kotoran sapi diolah menjadi bentuk energi terbarukan
(biogas) ramah lingkungan dan sebagai bahan bakar rumah tangga guna mencukupi kebutuhan
energi masyarakat sekitar. Disamping itu, sebagai nilai tambah penghasilan masyarakat dalam
pengelolaan ekonomi desa," imbuhnya.
Kedepannya, Mitra menginginkan depo pengisian bahan bakar biogas dapat dibangun di tengah
masyarakat, agar kebutuhan bahan bakar setiap harinya terjamin. Dan dapat menambah
penghasilan masyarakat dari penjualan tabung bahan bakar itu sendiri.
"Harga tabung bahan bakar ini relatif murah dari tabung gas bahan bakar lainnya, sehingga
bisa lebih hemat. Kami sanggup menyediakan lahan dan sumber daya manusia dalam kegiatan ini,
sedangkan untuk pengoperasian, perawatan dan manajemennya menggunakan kerjasama sistem
operasional antar kelompok masyarakat desa setempat," tutup Muhyin.
Tingkatkan kesadaran serta kepedulian masyarakat kampus sebagai kumpulan masyarakat ilmiah untuk turut serta berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam mengurangi Pemanasan Global.
Keanekaragaman hayati adalah tingkat variasi bentuk kehidupan dalam, mengingat ekosistem bioma spesies,, atau seluruh planet..
Keanekaragaman hayati adalah ukuran dari kesehatan ekosistem. Keanekaragaman hayati adalah sebagian fungsi dari iklim.
Fakultas
Program Studi
Prodi Akreditasi A
Alat pengarangan sampah organik karya inovatif Ahmad Candra Kharisma dan Taufik Imanudin mahasiswa Teknik Elektro Fakultas Teknik (FT) UNTAG Surabaya...
Anggrek adalah salah satu tanaman hias yang tumbuh dengan suku-sukuan, dalam bahasa latin anggrek di sebut Orchidaceae. merupakan satu suku tumbuhan berbunga dengan anggota jenis terbanyak...
Beringin yang juga dikenal dengan istilah tanaman Ficus Benjamina merupakan tanaman berkayu dan berukuran besar. Ficus adalah tanaman yang memiliki jenis dan jumlah yang sangat banyak. Menurut hasil penelitian,...
Teknik konservasi tanah dan air saat ini sangat diperlukan mengingat sering terjadinya bencana banjir. Salah satu teknik yang dapat digunakan adalah pembuatan sumur resapan. Sumur resapan ini sangat baik dalam mengurangi besarnya aliran permukaan sehingga menurunkan peluang terjadinya banjir maupun kekeringan...
Surabaya (ANTARA News) - Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya membuat briket dari bahan sampah untuk memanfaatkan sampah-sampah, terutama sampah dedaunan, sehingga dapat menekan polusi udara akibat pembakaran sampah daun...
suarasurabaya.net - Rapat Terbuka Senat Universitas 17 Agsutus (Untag) Surabaya dijadwalkan digelar Sabtu (3/3/2018) dengan satu diantaranya mengukuhkan 790 Wisudawan...
UNTAG Surabaya bersama EQWIP HUBs-Canada World Youth selenggarakan Workshop Eco Campus dengan tajuk "Memilah Sampah, Wujud Cinta Lingkungan��. Acara yang bertempat di Meeting Room1 tersebut, menghadirkan pemateriDinas Kebersihan Pemkot Surabaya Ir. Chalid Buchar dan dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UNTAG Surabaya Dra. Noorshanti Sumarah M.I.Kom, Senin (9/42018)...
JAKARTA - Ditangan seorang mahasiswa, fungsi kompor yang semula hanya untuk memasak berubah sebagai alat pembangkit listrik. Ya, dialah Didit Triwidodok, mahasiswa Teknik Elektro, Universitas 12 Agustus 1945 yang memiliki ide inovasi tersebut...
Surabaya pojokpitu.com, Berasal dari pengalaman dan keterampilan yang dimiliki, Didit Triwidodok, mahasiswa Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Tenaga Listrik Universitas 17 Agustus (Untag) Surabaya, mencipta kompor penghasil listrik. Selain untuk memasak, kompor yang dibuatnya mampu mengisi daya listrik seperti baterai isi ulang. Maka, energi panas dari kompor bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan daya listrik.
Pada umumnya fungsi utama kompor gas yaitu untuk memasak. Namun, di tangan Didit Triwidodok fungsi kompor gas tidak lagi digunakan untuk memasak tapi juga sebagai pembangkit listrik....
Surabaya: Mahasiswa Universitas 17 Agustus (Untag) Surabaya, munculkan inovasi baru dengan membuat kompor penghasil listrik. Alat tersebut dinamakan 'Kompor Termolektrik Generator TEG' dengan kemampuan menyimpan daya sebesar...
Komunitas Green Campus Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya siap mengadakan serangkaian kegiatan penghijauan di taman Mangrove Gunung Anyar dan seminar Gerakan Peduli Lingkungan pada akhir Mei 2015...
Surabaya (beritajatim.com) - Sebanyak 14 mahasiswa Fakultas Teknik Mesin, Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya mengembangkan prototipe mobil listrik dengan gaya mobil perkotaan "City Car" kecil dan lincah. Mobil ini dinamai dengan mengambil salah tokoh pewayangan �Kunthing Sakti�...
INDONESIA PAGI, Surabaya Inovasi didalam dunia pendidikan terus berkembang pesat. Seperti yang dilakukan Fakultas Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya. Untag Surabaya berinisiatif menciptakan mobil ramah lingkungan, yang nantinya bisa dijadikan model untuk pengembangan mobil nasional...
Harianpost.co.id � Kabar membanggakan datang dari salah satu Universitas swasta di wilayah Surabaya, Universitas 17 Agustus 1945 (Untag Surabaya). Dalam rangka membuat inovasi teknologi, mahasiswa Teknik Mesin Untag berhasil membuat mobil berdaya listrik sebagai sumber...
Mobil listrik bernama �Kunthing Sakti� yang digagas oleh mahasiswa Fakultas Teknik Mesin Untag akan menghiasi area PDTS KBS. Dimana mobil listrik yang digadang-gadang sosok kecil namun lincah nan kuat seperti Bima ini bisa...
SURABAYA � Pengembangan mobil listrik tetap menjadi daya tarik tersendiri bagi universitas. Kemarin, Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya melauching mobil listrik hasil karya mahasiswanya bernama Kunthing Sakti...
pojokpitu.com, Tak ingin tertinggal, sejumlah mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Surabaya, membuat karya mobil listrik bergaya city car. Karya mahasiswa ini didesain untuk kenyamanan dua penumpangnya...
KBRN, Surabaya : Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya berhasil menciptakan satu karya mobil listrik yang diberi nama 'Kunthing Sakti'. Mobil besutan mahasiswa fakultas teknik mesin...
surabaya.Uri.co.idI SURABAYA � Dosen dan mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya mengambil konsep city car dalam riset dan pengembangan mobil listrik. Namanya, �Kunthing Sakti�...
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA � Dosen dan mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya mengambil konsep city car dalam riset dan pengembangan mobil listrik. Namanya, �Kunthing Sakti�...
Sosok Dra. Noorshanti Sumarah, S.Ikom., M.Ikom., dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik (FISIP) Untag Surabaya, memiliki banyak kesibukan lain di luar kampus, salah satunya sebagai pemerhati lingkungan...
Untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, tiga dosen Untag Surabaya membuat energi terbarukan (biogas) ramah lingkungan dari bahan limbah kotoran sapi potong....
Penghematan air atau konservasi air adalah perilaku yang disengaja dengan tujuan mengurangi penggunaan air segar, melalui metode teknologi atau perilaku sosial.
Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya secara bertahap dan terencana menerapkan kegiatan yang selaras dengan alam dan lingkungan...Read More
Kampus selain sebagai tempat menimba ilmu juga harus mampu memberikan kontribusi nyata terhadap pelestarian lingkungan terutama dalam hal memerangi pemanasan global...Read More
UNTAG Surabaya meraih juara 2 Eco Campus tahun 2016 yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Surabaya dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) ke ...Read More
Kampus selain sebagai tempat menimba ilmu juga harus mampu memberikan kontribusi nyata terhadap pelestarian lingkungan terutama dalam hal memerangi pemanasan global...
Read More
Telepon
031-5931800Alamat
Jl. Semolowaru 45 Surabaya 60118.© 2018 Green Life. All Rights Reserved | Design by W3layouts